Gunadarma BAAK News

Kamis, 23 Januari 2014

PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR


BAB I
PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang
Perkembangan lingkungan sekitar kita yang amat cepat dalam berbagai aspek kehidupan, yang dilatar belakangi oleh pesatnya kemajuan dibidang ilmu dan teknologi. Perkembangan-perkembangan tersebut menimbulkan berbagai tantangan terutama tantangan bagi perkembangan  penduduk bumi ini agar bisa setaraf dan sejalan dengan tuntunan perkembangan tersebut. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang antara lain yaitu meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan maka salah satu usaha yang ditingkatkan adalah menumbuhkan kemandirian belajar pada setiap warga negara terutama pada siswa diberbagai sekolah, dengan menumbuhkan minat dan motivasi belajar yang baik, maka prestasi belajar akan tumbuh dalam diri siswa ini, tetapi hal tersebut masih jauh dari apa yang diharapkan.
Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk membentuk manusia yang bermoral dan berilmu. Berbicara masalah pendidikan, menyangkut pula masalah tentang lingkungan pendidikan, yang dikenal dengan  tripusat pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat. Dari ketiga lingkungan tersebut yang paling berpengaruhi dalam menumbuhkan minat dan motivasi belajar adalah lingkungan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tidak lepas dari peranan seorang guru disekolah. Bagaimana cara guru menumbuhkan minat dan motivasi belajar disekolah. Untuk itu diperlukan usaha yang optimal dalam mencapai tujuan tersebut.
Syaiful Bahri Djamari (2012: 24) Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, yaitu ada dorongan  dan minat. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Keberhasilan pada dasarnya tidak mungkin dapat dicapai tanpa didasari oleh minat yang tinggi dan kecenderungan untuk menguasai kondisi lingkungan yang dinyatakan lewat sikap. Dengan demikian prestasi belajar yang tinggi akan dapat dicapai oleh siswa apabila siswa tersebut memiliki minat dan motivasi belajar yang tinggi.
Memurut sardiman (2003: 75) Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
Motivasi belajar diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, motivasi belajar adalah proses untuk mendorong peserta didik agar dapat belajar untuk meraih prestasi yang lebih baik. Jadi guru disekolah dalam menumbuhkan minat dan motivasi belajar sangatlah berpengaruh dalam proses pembentukan kemandirian belajar peserta didik atau siswa. Pengaruh minat dan motivasi belajar pemberian oleh guru sangatlah besar karena akan membantu siswa dalam membentuk kemandirian siswa dalam meraih prestasi belajar.
Sesungguhnya menumbuhkan minat belajar sangatlah penting dan tidak boleh diabaikan oleh guru disekolah. Karena dengan minat dalam belajar, guru akan lebih mudah dalam mencapai tujuan belajar dan tujuan pendidikan. Melihat latar belakang masalah seperti di atas, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yaitu tentang hubungan antara minat dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas X B SMA N 1 Gamping  tahun Pelajaran 2012/2013.

1.2   Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:  
1.        Apakah ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas X B SMA N 1 Gamping tahun Pelajaran 2012/2013?
2.        Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas X B SMA N 1 Gamping tahun Pelajaran 2012/2013?
3.        Apakah ada hubungan antara minat dan motivasi belajar dengan  prestasi belajar siswa kelas X B SMA N 1 Gamping tahun Pelajaran 2012/2013?

1.3   Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini, untuk mengetahui:
1.        Hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas X B SMA N 1 Gamping tahun Pelajaran 2012/2013.
2.        Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas X B SMA N 1 Gamping tahun Pelajaran 2012/2013.
3.        Hubungan antara minat dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas X B SMA N 1 Gamping tahun Pelajaran 2012/2013.


BAB II
LANDASAN TEORI


2.1    Pengertian Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketrikatan pada suatu hal dan aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto,2010: 180). Minat adalah perasaan yang ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu (Djaali, 2004 : 122). Minat adalah kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang (Abdul Rahman,2004 : 262).
Crow dan crow  mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang lain, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Djaali,2007 : 121).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang ingin dicapai.

2.1.1 Jenis jenis minat
Minat  dibagi dalam enam jenis (Djaali, 2007 : 122) yaitu :
1)        Realistis
Orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfisik kuat, dan sering sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik dan terampil. Akan tetapi ia kurang mampu menggunakan medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain.
2)        Investigative
Orang investigative termasuk orang yang berorientasi keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan asocial, lebih menyukai memikirkan sesuatu dari pada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai tugas tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja sendirian, kurang pemahaman dalam kepemimpinan akademik dan intelektualnya, menyatakan diri sendiri sebagai analisis, selalu ingin tahu, bebas, dan bersyarat, dan kurang menyukai pekerjaan yang berulang.
3)        Artistik
Orang artistik menyukai hal hal yang tidak terstruktur, bebas, memiliki kesempatan bereaksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan musik.


4)        Social
Tipe ini dapat bertanggung jawab, berkemanusiaan, dan sering alim, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok, memiliki kemampuan verbal, terampil bergaul, menghindari pemecahan masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada keitannya dengan perasaan; menyukai kegiatan menginformasikan, malatih dan mengajar.
5)        Enterprising
Tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan verbal untuk berdagang, mamiliki kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya diri, dan umumnya sangat aktif.
6)        Konvensional
Orang konvensional menyukai lingkungan yang sangat tertib, menyenangi komunikasi verbal, senang kegiatan yang berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tetapi patuh, praktis, senang, tertib, efisien; mereka mengidentifikasi dengan kekuasaan dan materi.

2.1.2 Faktor yang menimbulkan minat
Crow and Crow (Abdul Rahman,2004 : 264), berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu :
1)        Dorongan dari dalam diri individu
Misal dorongan untuk makan, ingin tahu seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain lain. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu,melakukan penelitian dan lain lain. Dorongan untuk seks akan membangkitkan minat untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis, minat terhadap pakaian dan kosmetika dan lain lain.
2)        Motif sosial
Dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.
3)        Faktor emosional
Minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.

2.2       Pengertian Motivasi
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dikatakan sebagai daya penggerak  dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman,2003: 73).
Berelzon dan Steiner  mengemukakan bahwa “is an inner state that energizer, activates, or moves (hence ‘motivation’), and that directs or channels behavior toward goals” (adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan, atau yang menggerakan, sehingga disebut ‘penggerakan’ atau ‘motivasi’, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan) (Alex Sobur,2011 : 267).
Eysenck dan kawan kawan merumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas dan konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan  konsep konsep lain seperti minat, konsep diri,sikap dan sebagainya (Slameto,2010 : 170 ). Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007 : 61).
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman,2003: 73).
Dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya penggerak dari dalam diri yang memberi kekuatan, yang menggiatkan serta arah umum dari tingkah laku manusia terhadap suatu tujuan.

2.2.1 Macam macam motivasi
Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sardiman mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi (sardiman,2003:  86)yaitu:
1.        Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
a)        Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir
b)        Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari.
2.        Motivasi menurut pembagiaan dari woodworth dan marquis dalam sardiman:
a)         Motif atau kebutuhan organis misalnya kebutuhan minum, makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.
b)        Motof-motif darurat misalnya menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya.
c)         Motif-motif objektif
3.        Motivasi jasmani dan rohani
a)          Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan sebagainya.
b)          Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.
4.        Motivasi intrisik dan ekstrinsik
a)         Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b)        Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya peransang dari luar (Sardiman, 2003: 90).
Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu gambaran tentang motif-motif yang ada pada setiap individu. Adapun motivasi yang berkaitan dengan mata pelajaran bahasa arab adalah motivasi ekstrinsik, dimana motivasi ini membutuhkan rangsangan atau dorongan dari luar misalnya, media, baik media visual, audio, maupun audio visual serta buku-buku yang dapat menimbulkan dan memberikan inspirasi dan ransangan dalam belajar.
         Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah adalah memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman (Djmarah dan Zain,2002: 168). Dari kutipan di atas, maka penulis dapat menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
a)        Nilai
       Memberikan nila artinya adalah sebagai satu simbol dari hasil aktifitas anak  didik. Dalam memberi nilai ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang  bervariasi. Pemberian angka kepada  anak didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi.
b)        Hadiah
       Maksudnya adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena akan diangap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.
c)        Pujian
       Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar akan tinggi.
c)        Gerakan tubuh
       Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan kepala, yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Gerakan tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang.
d)       Tugas
       Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang disampaikan.
f)    Ulangan
       Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran  dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru.
g)     Mengetahui hasil
        Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya.
h)    Hukuman
       Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan meningkatkan perhatian siswa. Misalnya memberikan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan.

2.2.2 Fungsi motivasi
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi (Sardiman,2003: 85) yaitu :
1)             Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2)               Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3)               Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatanapa yang harus    dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

2.2.3 Teori tentang motivasi
1)      Teori instink
Menurut teori ini setiap tindakan manusia diasumsikan seperti jenis animal/binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkaitan dengan instink atau pembawaan. Dalam memberikan respon terhadap adanya kebutuhan seolah olah tanpa dipelajari. Tokoh teori ini adalah Mc.Dougall.
2)      Teori fisiologis
teori ini juga disebutnya “behavior theoris” menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada tindakan pada manusia itu berakar pada usaha usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organic atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan, minuman, udara, dan lain lain yang diperlukan untuk kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup, struggle for survival.
3)      Teori psikoanalitik
Teori ini mirip dengan instink, tetapi lebih ditekankan pada unsur unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokon dari teori ini adalah Freud (Sardiman,2003 : 83).

2.3       Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yamg ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana,2002 :280).
Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk.2000: 34). Sedangkan menurut Slameto belajar adalah ”merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Hilgard mengatakan : “learning is the prossesby which an activity originates or is changed through training procedures as distinguished from changes by factors not attributable to training”. Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahan perubahan oleh faktor faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar (Nasution,2000: 35).
Belajar adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. saraf dan sel sel otak yang bekarja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga,dan lain lain lantas disusun oleh otak sebahgai hasil belajar (Alex Sobur,2011 :217). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu yang memungkinkan berubahnya suatu tingkah laku melalui jalan latihan latihan.

2.3.1 Jenis jenis belajar
Belajar ada beberapa macam jenisnya berhubung dengan hal yang harus dipelajari. Belajar berenang tak sama dengan belajar memecahkan soal sola Matematika. Belajar menyebutkan abjad ada bedanya dengan belajar hidup jujur, bertanggung jawab, dan sebagainya.Karena itu dapat dibedakan beberapa jenis belajar, (Nasution,2000: 57) yakni :
1)            Belajar berdasarkan pengamatan (sensory type of learning)
Hampir seluruh pengetahuan berhubungan dengan pengamatan dunia sekitar, yaitu pengamatan sensoris dengan berbagai alat dari: melihat, mendengar, memcecap dan meraba.berkat pengamatan seorang bayi mula mula mengenal ibunya, kemudian dikenalnya binatang, manusia danbenda benda lain disekitarnya, demikian pula bunyi bunyi, bentuk bentuk , sifat sifat dan sebagainya.
2)      Belajar berdasarkan gerak (motor type of learning)
Pada taraf pemulaan yang dipentingkan ialah pelaksanaan yang seksama. Kecepatan mula mula tak usah dihiraukan. Kesalahan pada mulanya sering menghalangi kecepatan efisien gerak. Setelah tecapai pelaksanaan yang memuaskan, barulah kecakapan itu dilatih untuk mempertinggi kecepatan. Ada keccepatan yang memerlukan latihan beberapa jam ada pula beberapa bulan lamanya.
3)      Belajar berdasarkan menghafal (memory type of learning)
Mungkin sekali belajar bersifat hafalan ini yang paling banyak digunakan disekolah, baik di sd maupun disekolah yang lebih tinggi, sebab tujuan belajar adalah menempuh ujian dan untuk itu di perlukan penguasaan pengetahuan siap.
4)      Belajar berdasarkan pemecahan masalah (problem solving type of learning)
Setiap orang dan makhluk lainnya mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhinya. Ada yang mudah dipuaskan (misalnya dahaga), ada yang sulit (mencapai cita cita, gelar dan sebagainya), kebutuhan yang mudah dipuaskan tidak menemui kesulitan dan kebutuhan yang tak mungkin di penuhi dikesampingkan. Ada pula kebutuhan yang menemui kesulitan atau kesukaran sebelum dapat dipuaskan.
5)      Belajar berdasarkan emosi (emotional type of learning)
Disekolah biasanya diutamakan mendidik anak anak “how to make a living” bagaimana cara mencari nafkah dan kurang diperhatikan “how to live”, bagaimana cara hidup. Pendidikan disekolah kebanyakan ditujukan kepada pembentukan intelektual dan keterampilan akan tetapi segi kepribadian sering diabaikan, seperti ketekunan menghadapi kesulitan, ketelitian, kebersihan, sikap yang sehat terhadap pekerjaan, kecakapan bergaul dengan orang lain, cita cita, minat yang luas, dan sebagainya.

2.3.2 Tujuan belajar
Tujuan belajar ada tiga jenis (Sardiman,2003: 27), yaitu :
1)      Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang paling penting memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya didalam kegiatan belajar.
2)      Penanaman konsep dan ketrampilan
Penanaman ketrampilan atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Ketrampilan jasmaniah adalah ketrampilan ketrampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.sedangkan ketrampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah masalah ketrampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan persoalan penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah atau konsep.
3)      Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibuthkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir dengan pidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.

2.3.3 Faktor faktor yang mempengaruhi belajar
1)      Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai mahluk hidup yang tergolong kelompok biotik.
2)      Faktor instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai, tujuan tersebut tentu saja menyangkut pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan ke arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya dan semuanya dapat diberdayagunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil, guna bagi kemajuan belajar anak didik disekolah.
3)      Kondisi fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran (Noehi Nasution, 2008: 189).
4)      Kondisi psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Maka dari itu, belajar berarti bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecenderungan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.

2.3.4 Teori tentang belajar
Teori tentang belajar ada tiga (Sardiman, 2003 : 30) yaitu :
1)      Teori belajar menurut ilmu jiwa daya
Menurut teori ini, jiwa manusia itu terdiri dari bermaacam macam daya. Masing masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya ingat dalam suatu belajar misalnya dengan menghafal angka angka atau kata kata, istilah istilah asing. Begitu pula untuk daya daya yang lain. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil dari pembentukan dari daya daya itu. Kalau sudah demikian maka seseorang yang belajar itu akan berhasil.
2)      Teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt
Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian bagian/unsur. Sebab keberadaannya keseluruhan itu juga lebih penting. Sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh. Tokoh penting yang menerapkan dari kegiatan pengamatan kegiatan belajar itu adalah Koffka. Dalam mempersoalkan belajar, Koffka berpendapat bahwa hukum hukum organisasi dalam pengamatan itu berlaku/bisa diterapkan dalam kegiatan belajar. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa belajar pada pokoknya yang terpenting adalah penyesuaian yang pertama, yakni medpat respon yang tepat. Karena penemuan respon yang tepat tergantung pada kesediaan diri si subjek belajar dengan segala panca indranya.
3)      Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi
Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian bagian atau unsur unsurnya.

2.4       Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok (Syaiful Bahri Djamarah, 2012: 19).
WJS. Poerwadarminta  berpendapat bahwa, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Mas`ud Khasanah Abdul Qohar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan hati (Syaiful Bahri Djamarah,2012: 21). 
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dlam bidang kegiatan tertentu.
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipahami (Syaiful Bahri Djamarah, 2012: 21). Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2012: 23). Maka dapat difahami dari uraian diatas, mengenai makna “prestasi” dan “belajar”. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam individu, yakni perubahan tingkah laku.

2.4.1        Faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
1.        Faktor faktor yang timbul dari dalam diri siswa (intern)
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas menurut Slameto (2010 : 54) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
a) Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.
1)        Faktor kesehatan
Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.
2)        Cacat
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain.
b) Faktor psikologis
1) Intelegensi
Intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi.
2)  Perhatian
Perhatian  adalah keaktifan  jiwa  yang  dipertinggi  jiwa itupun  bertujuan  semata-mata  kepada suatu benda.
3)  Bakat
Menurut Hilgard  bahwa bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar yang dimiliki oleh seorang individu (Slameto, 2010: 57).
4)  Minat
Minat adalah menyangkut aktivitas aktivitas yang dipilih dan dilakukan secara bebas oleh individu.
5)  Motivasi
Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu ada tindakan dan  berbuat untuk mencapainya.
6)  Kematangan
Kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan menuju kedewasaan individu atau seseorang.
7)  Kesiapan 
Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip adalah preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi.
2.   Faktor yang berasal dari luar (faktor  ekstern)
a)    Keluarga
 Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.
b)   Cara orang tua mendidik anak anaknya dalam keluarga
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara.
c)   Relasi antar anggota keluarga
Yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
d)  Keadaan keluarga
Keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.
e)   Pengertian
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya.
f)   Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
g)   Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar, Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.
h)   Rumah
Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan berantakan tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.
3.      Faktor sekolah
a)    Guru dan cara mengajar
Guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.
b)    Model pembelajaran
Model atau metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh sekali terhadap prestasi belajar siswa,
c)    Alat-alat pelajaran
Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya. bahwa sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.
d)   Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa dapat menerimanya, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa.
d)       Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa (Slameto, 2010 : 68).

2.5    Hubungan antara Minat dengan Prestasi Belajar
          Minat merupakan suatu kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu. Dengan pengertian tersebut dapat ditemukan adanya beberapa unsur pokok dalam pengertian minat, yaitu adanya perhatian, daya dorong tiap-tiap individu dan kesenangan.
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Siswa yang memiliki minat yang tinggi mereka akan dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi, sebaliknya siswa yang memiliki minat yang rendah mereka akan kurang dapat mencapai prestasi belajar. Sebab  minat  itu merupakan suatu kesadaran dalam belajar bagi siswa. Belajar dengan penuh kesadaran akan memberikan hasil yang berbeda dengan bila dibandingkan dengan belajar asal-asalan. Jadi semakin tinggi minat semakin tinggi pula prestasi yang dicapai oleh siswa.

2.6       Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar
           Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak ia suka maka, akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
           Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Perannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Seseorang itu tidak memiliki motivasi, kecuali karena paksaan atau sekedar seremonial. Seseorang yang memiliki intelegensi tinggi, bisa jadi gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar itu akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.

2.7       Hubungan antara Minat dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, yaitu ada dorongan  dan minat. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Keberhasilan seseorang pada dasarnya tidak mungkin dapat dicapai tanpa didasari oleh minat yang tinggi dan kecenderungan untuk menguasai kondisi lingkungan yang dinyatakan lewat sikap. Dengan demikian prestasi belajar yang tinggi akan dapat dicapai oleh siswa apabila siswa tersebut memiliki minat dan motivasi belajar yang tinggi.

                                                                          BAB III
METODE PENELITIAN



3.1       Jenis metode penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena hasil dari penelitian akan dihitung dengan angka statistik.

3.2      Waktu dan tempat penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2013. Penelitian ini di Sekolah Menengah Atas Negeri I Gamping.

3.3      Variabel penelitian
Hatch dan Farhadi mengemukakan bahwa Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut dari seseorang atau obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain ( Sugiono,2001 : 21 ).
Oleh karena itu seorang peneliti perlu melakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap variabel penelitiannya. Identifikasi variabel merupakan langkah penetapan variabel utama dalam penelitian dan penentuan fungsinya masing masing (Saifuddin,2010:60).
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi (dalam Sugiono,2001 : 21) :
a)     Variabel independen : variabel ini sering disebut variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
b)   Variabel dependen : sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia dering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

3.4      Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tari kesimpulan (Sugiono,2001 : 57).
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi suluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Dalam penelitian ini, yang mejadi subjek adalah siswa kelas XB  SMA Negeri 1 Gamping, Tahun Pelajaran 2012/2013, terdiri atas 96 siswa. Adapun rincian jumlah siswa masing masing kelas adalah sebagai berikut :

No.
Kelas
Jumlah
1.
XA
32
2.
XB
32
3.
XC
32

3.5      Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono,2001: 57 ). Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian yang berjumlah 32 siswa adalah dari kelas XB.

3.6      Teknik pengumpulan sampel
Dalam penelitia ini, sampel yang digunakan terdiri atas 1 kelas yaitu kelas XB. Penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan pertimbangan dari Suharsini Arikunto (2006 :134) sebagai berikut :
Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih, tergantung setidak tidaknya dari :
1)                 Kemampuan peneliti dilihat dari waktu,tenaga, dan dana.
2)                 Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
3)                 Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Berdasarkan pendapat diatas, besarnya sampel yang diambil adalah 20% dari populasi, sehingga jumlah sampel yang diperoleh 32 siswa.

3.7      Metode pengumpulan data
Pengumpulan data di maksud untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti dengan menggunakan metode yang tepat dan instrumen yang baku.”Didalam kegiatan penelitian, cara memperoleh data dikenal sebagai metode pengumpulan data”(Suharsimi Arikunto,2006 : 222). Untuk itu digunakan teknik teknik, prosedur serta alat yang dapat diandalkan karena baik buruknya suatu penelitian sebagian tergantung pada teknik teknik pengumpulan data.
Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

a)      Angket atau kuesioner
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan dalam pribadinya, atau hal hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto,2006 : 225).instrumen untuk metode angket adalah angket atau kuesioner.
Dalam penelitian jenis ini angket yang dipakai adalah angket tertutup,dengan maksud subyek yang dikenai angket tinggal memilih jawaban yang tersedia.
b)      Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal hal yang variabel yang berupa catatan,  traskrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto,2006 : 231).

3.8      Metode analisis data
Metode analisis data adalah cara yang harus ditempuh untuk menguraikan data menurut unsur unsur yang ada didalamnya sehingga mudah dibaca dan dienterpretasikan (Suharsimi Arikunto,2006: 235).
Untuk membuktikan hipotesis secara empiris, berdasarkan data penelitian setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data untuk memperoleh kesimpulan akhir dalam penelitian. Di dalam penelitian ini untuk teknik analisi datanya peneliti menggunakan metode statistik, karena data yang dianalisis adalah berupa angka-angka. Untuk memperoleh korelasi X1 dan X2 dengan Y (minat dan motivasi belajar dengan prestasi belajar) digunakan analisis regresi dua prediktor atau analisis regresi ganda.
Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis regresi dua prediktor :
1)   Untuk persamaan garis regresi menggunakan rumus :
Y = a1X1 + a2X2 + K
Keterangan:
X         = variabel bebas (prediktor)
Y         = variabel terikat (kriterium)
a           = bilangan koefisien
K         = bilangan konstan
(Sutrisno Hadi, 2000:18)
2)    Untuk mencari korelasi kriterium dengan dua prediktor Ry (1,2)
3)    Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi (Freg)
4)    Untuk mencari sumbangan relatif (SR)
5)    Untuk mencari sumbangan efektif (SE) menggunakan rumus :
SE%x = SR% x R2
Keterangan:
SE%    = sumbangan efektif prediktor
R2       = koefisien determinan
(Sutrisno Hadi, 2000:39)
Setelah rxy (korelasi hitung) diketahui, untuk menguji signifikansi tidaknya r hitung dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 5%. Pedoman yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.       Jika r hitung  >  r tabel, maka Ha diterima.
b.      Jika r hitung  <  r tabel, Ha ditolak.


DAFTAR PUSTAKA


Abdul Rahman Shaleh. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Predana Media
Djaali. 2007. Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sardiman. 2003. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Saiffudin Azwar. 2010. Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Belajar
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhinya.jakarta: Rineke Cipta
S.Nasution. 2000. Didaktik Asas Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Sobur Alex. 2003. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta
Syaifudin Bahri Djamarah. 2008.psikologi belajar. Jakarta: Rineke Cipta
Syaiful Bahri Djamari.2012. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional